Rabu, 26 Januari 2011

Pengkerdilan Peran Maria Dalam Bible

Penemuan osuarium Yesus Putra Yosef di Talpiot pada tahun 1980, yang kemudian dijustifikasi pada tahun 2005 melalui serangkai pengujian DNA dan lapisan patina, semakin menggelembungkan tanya dalam dada banyak insan yang mendamba pengungkapan sesungguhnya sejarah Kristus. Bagaimana ia dilahirkan, perannya mengabarkan firman Bapa, penghianatan muridnya, penangkapan, kematian, kebangkitan, kenaikannya, serta tentu saja, siapa wanita istimewanya.

Publik kerap dibimbangkan dengan nama Maria. Kebanyakan umat mengetahui bahwa nama Maria adalah ibunda Yesus yang melahirkannya dengan kuasa ruh suci yang merasuk ke dalam rahimnya. Bunda Maria, itulah yang lazim terdengar dan dipahami. Hal ini dikarenakan nama Maria yang satu ini dapat dikatakan kurang mendapatkan tempat yang layak dalam kisah-kisah di Perjanjian Baru. Bahkan ada yang ekstrim menyebutkan sosok Maria Magdalena adalah sosok wanita pendosa (seksual) pada Lukas:7, meskipun ayat tersebut tidak mencantumkan namanya sama sekali. Ide ini digagas pertama kali ketika Paus Gregory I mengidentifikasi sosok Maria Magdalena sebagai wanita pendosa pada Lukas 7:37, yang juga mencuci kaki Yesus dengan rambutnya. Dalam Perjanjian Baru, sosok ini adalah wanita yang mendampingi Yesus mengembara bersama 12 muridnya. Tidak ada cerita yang menguatkan perannya sebagai sosok sangat penting bagi Kristus.

Kegegeran bermula dari ditemukannya naskah-naskah Laut Mati di Nag Hammadi, Mesir pada tahun 1945, yang salah satunya adalah Injil Philip (Filipus). Menurut para sarjana, Kisah Perbuatan Philip dulu banyak dikutip oleh para penulis Kristen, sebelum banyak teks-teks asli yang hilang. Kisah Perbuatan Philip adalah bagian yang dianggap apokrifal (tidak sah) dari versi resmi Perjanjian Baru. Beberapa isinya dianggap kontroversial, diantaranya:

1. Injil ini mengatakan bahwa Maria Magdalena adalah saudara perempuan Philip. Yesus meminta Maria untuk ‘menanggalkan kewanitaannya’ agar pergi menemani saudaranya Philip yang pemarah.

“Karena mendengar hal ini, Philip menangis. Dia berpikir keras, tugas yang berbahaya ini, dan dia memperlemah ketetapan hatinya, dimana kemudian Yesus berpaling ke saudara perempuan Philip[1], untuk menguatkan dan membimbingnya: ‘Aku tahu bahwa kamu terpilih di antara kaum wanita (bahwa saudara lelakimu disakiti); tetapi pergilah dengannya, dan doronglah ia, karena aku tahu bahwa ia seorang lelaki pemarah dan gegabah; dan jika membiarkannya pergi sendiri, dia akan merepotkan yang lainnya…….(dst). Dan hendaklah kamu-ubahlah aspek wanitamu-dan pergilah dengan Philip….’”

Dari penafsiran para sarjana, tampak bahwa peran Maria Magdalena begitu penting, jauh lebih besar dari peran wanita secara umum dijaman Yahudi kuno, masa kehidupan Yesus, yang ketika itu sangat merendahkan wanita. Peran penting ini yang terasa kurang tersentuh oleh kitab-kitab dalam Perjanjian Baru. Banyak sejarawan mencurigai adanya ‘kesepakatan rahasia’ yang dilakukan oleh otoritas tertentu pada masa itu untuk mengerdilkan peran Maria Magdalena dalam kehidupan Kristus.

2. Teks Injil Philip yang paling menghebohkan adalah bagian yang menerangkan hubungan ‘tersembunyi’ antara Kristus dengan Maria Magdalena.

“Tuhan mencintainya (Maria Magdalena) lebih dari semua murid-murid yang lain dan sering menciumnya di…nya[2]

Mungkin sulit untuk mengakui kebenaran perkataan di dalamnya, tapi setidaknya para pemikir konspirasi dapat mengaitkan keterkaitan isi pada Injil Philip dengan apa yang dikatakan dalam Injil Maria (Magdalena[3]), yang ditemukan sebelumnya pada tahun 1896, oleh Dr. Carl Rheinhardt, di Kairo. Injil kontroversial ini terdapat dalam Akhmim Codex, yang kemungkinan ditulis pada abad ke 4 dan ke 5 M. Teks ini tertulis dalam bahasa Koptik.

“Jangan menangis…Tapi lebih baik kita memuji kebesaran-Nya, karena Dia telah mempersiapkan kita dan membuat kita menjadi lelaki(kutipan dalam Injil Magdalena, 5:1-3).

Para sarjana menyatakan bahwa perkataan Maria ‘menjadi lelaki’ relevan dengan perintah Yesus kepada Maria untuk ‘ubahlah aspek wanitamu’. Hal ini tentu menjadi sebuah argumentasi perlawanan terhadap ‘penghilangan’ Kisah-Kisah Philip dalam Perjanjian Baru yang dilakukan oleh gereja pada masa itu. Alasannya adalah, hal ini membuktikan bagaimana pentingnya peran seorang wanita bernama Maria Magdalena dalam kehidupan Kristus.

Para ahli konspirasi mengatakan bahwa mungkin ini merupakan sikap yang dilakukan oleh otoritas religi yang berkuasa ketika itu untuk mengerdilkan peran wanita, yang memang pada jaman Yahudi tidak diberikan porsi penting dalam masyarakat, dan bahkan pada masyarakat Yahudi lama, wanita tidak diperkenankan untuk membaca Taurat. Penguatan pada argumentasi ini didasarkan pada perkataan dalam Injil Tomas (bagian naskah gnostik dari Naskah Laut Mati yang ditemukan di Mesir, dan ditolak kebenarannya oleh gereja):

“..akhirnya bangkit dan berbicara melawan Maria Magdalena. Menyatakan bahwa seorang wanita tidaklah berharga dalam kehidupan spiritual, dua lelaki ini menuntut agar Maria dikeluarkan dari jemaah. Dan Yesus menjawab dengan sedikit humor,’Lihatlah! Aku akan membimbingnya agar membuatnya seperti lelaki, dan dia mungkin juga akan menjadi jiwa yang hidup seperti layaknya kalian, para lelaki dan…lelaki dan perempuan (diciptakan) untuk menjadi satu, supaya lelaki tidak akan menjadi lelaki dan perempuan tidak akan menjadi perempuan’” (Injil Tomas, ayat 114).

Kecemburuan para rasul lelaki terhadap Maria (wanita) juga tergambar dari Injil Maria Magdalena (18):

“Apakah (Yesus) benar-benar berbicara sendirian dengan seorang wanita dan tidak berbicara terbuka (dengan) kita? Apakah kita harus berpaling dan hanya mendengarkan padanya? Apakah Dia lebih memilih dia daripada kita?”

Ayat itu sekaligus menguatkan posisi istimewa Maria Magdalena sebagaimana yang terdapat dalam Injil Philip: ‘Tuhan mencintainya (Maria Magdalena) lebih dari semua murid-murid yang lain…’

Tiga Injil, yang ketiganya diragukan kebenarannya oleh gereja, berkata tentang dua masalah yang menjadi kunci yang saling terkait dan saling mendukung kebenarannya, melawan 4 Injil Perjanjian Baru, yang seolah-olah tidak mengakui peran penting Maria Magdalena dalam kehidupan Kristus, dan bahkan ada penafsiran yang justru memojokkan sosok wanita ini sebagai pendosa. Apakah Rasul Philip, Petrus, Tomas, dan Maria yang melakukan konspirasi, atau justru penulis-penulis Injil pada masa kekuasaan yang justru berkonspirasi mengerdilkan peran Maria Magdalena? Pikirkanlah…



[1] Profesor Bovon dari Sekolah Tinggi Teologi Harvard, tahun 2006 menyebutkan bahwa Mariamne atau Maria Magdalena adalah saudara perempuan Philip. Bovon juga mengatakan peran Mariamne sebagai Rasul, sama dengan Philip dan Bartholomeus.

[2] Ada bagian yang berlubang di teks aslinya, tapi banyak sarjana meyakini bahwa isi aslinya adalah: ‘pada mulut/bibirnya’

[3] Teks hanya menyebut nama Maria, tapi para sejarawan mengaitkan relevansi isinya dengan naskah-naskah lain yang ditemukan, dan menyimpulkan bahwa Maria yang dimaksud adalah Maria Magdalena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar