Senin, 31 Januari 2011

Perseteruan Ilmu Pengetahuan dan Keimanan

Doktrin gereja dalam Perjanjian Baru dengan tegas menyatakan bahwa bumi adalah pusat alam raya, yang artinya bukan bumi yang berputar mengelilingi matahari, tetapi mataharilah yang mengorbit pada bumi. Gereja ketika itu berpegang teguh pada konsep Aristotelian, yang menganut teori geosentris (bumi sebagai pusat tata surya). Demikian pula dalam Injil:

Lalu Yosua berbicara dihadapan bangsa Israel: "Matahari berhentilah engkau di atas gibeon dan engkau bulan diatas lembah Ayalon!" Maka berhentilah Matahari dan Bulan pun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. bukankah hal itu tertulis dalam Kitab Orang Jujur?
(Yosua 10:12-13).

Ayat dalam Perjanjian Baru tersebut dimaknai sebagai pengakuan Kristen lama terhadap paham geosentris, meskipun kemudian setelah terbukti doktrin itu salah, akhirnya gereja mencari argumentasi untuk mengelak dari kesalahan tersebut, dengan mengatakan bahwa ayat tersebut tidak dimaknai secara harfiah, tetapi justru dimaknai sama dengan terbit dan terbenamnya matahari, yang seolah-olah matahari lah yang bergerak. Tapi yang pasti, sebelum Galileo berhasil membuktikan ‘kekeliruan’ gereja lama tersebut, tidak ada seorangpun pada masa itu yang berani melawan doktrin geosentris dari gereja tersebut.

Tetapi naluri keilmuan Galileo memberontak, dan ia lebih sepakat dengan teori heliosentris milik Coppernicus, yang mengatakan bahwa mataharilah pusat tata surya yang diedari oleh bumi dan planet-planet disekelilingnya. Ia belum dapat membuktikan hal itu hingga akhirnya ia menemukan teleskop, dimana sejak saat itu ia pun mengarahkan matanya menatap langit. Dan memang pada akhirnya, dengan bantuan teleskop itu, Galileo berhasil menjungkir balikkan keyakinan ‘sesat’ gereja lama mengenai pusat tata surya. Puncaknya, Galileo dianggap bid’ah, pelaku sihir dan pemberontak bagi gereja. Ia dipanggil, dipaksa untuk mencabut kebenaran ilmiah dari mulutnya. Ilmuwan besar itu, terpaksa mengabulkannya. Dan bahkan pada pengadilan kedua ia dipaksa untuk mengakui bahwa meyakini matahari bersifat tetap adalah absurd secara filosofis, dan secara formal bersifat berhala[1].

Para sarjana Eropa pada masa pencerahan (reinassance) banyak mengkritik ‘kesesatan’ ilmu yang terdapat pada penafsiran Injil. Banyak juga yang kemudian membandingkan bagaimana setelah seribu enam ratus tahun masa kekristenan, masih saja kitab-kitab suci mengabarkan fakta-fakta yang salah dan saling bertentangan. Kontradiksi keilmuan dalam Bible serta pemaksaan keyakinan ilmiah oleh gereja ketika itu memicu pemberontakan intelektual. Gereja dianggap memenjarakan ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran alam. Sebaliknya gereja menganggap ‘petunjuk’petunjuk’ lain diluar Injil adalah bid’ah, sesat, dan bersifat berhala. Lalu terjadilah perseteruan diantara kedua aliran: akal vs keimanan.

Pertentangan tersebut semakin meruncing dengan berdirinya Illuminati pada tahun 1776, oleh Dr. Adam Weishaupt, seorang mantan pendeta Jesuit yang membelot, sebab merasa gereja telah mengekang perkembangan akal manusia. Illuminati didefinisikan sebagai pencerahan, yang merupakan organisasi persaudaraan rahasia, yang diyakini tetap hidup hingga saat ini. Galileo diduga merupakan anggota Illuminati periode pertama. Oleh gereja, Illuminati bersama Freemasonry, dianggap sebagai penyembah berhala, yang mereka sebut sebagai Luciferian[2] , penyembah the Great Architect, Lucifer.

Namun ada teori lain yang berkembang dari para penganut teori konspirasi yang mengatakan bahwa, alasan gereja memusuhi gerakan Illuminati ini dilatarbelakangi oleh motif kekuasaan. Katolik Roma merupakan gereja warisan Paulus (pencetus Kristen), sedangkan Illuminati dianggap sebagai penganut paham gnostik, yang meyakini bahwa Maria Magdalena lah pewaris Kristen sejati, sehingga ia disebut sebagai Illuminatrix (Yang Tercerahkan). Pada bab-bab sebelumnya telah kita bahas mengenai pemikiran kritis soal bagaimana peran Maria Magdalena ini dikecilkan oleh gereja ketika itu. Jadi jika benar motif ini, maka telah terjadi perang konspirasi di antara kedua aliran, yang membenturkan antara ilmu pengetahuan (yang dianggap gnostik oleh gereja) dengan keimanan Katolik.

Pengikut Illuminati diburu oleh gereja dengan dibantu kerajaan yang tunduk pada kekuasaan gereja. Mereka yang dituduh sebagai Luciferian Conspiracy dikejar bak hewan buruan, ditangkap, dicap salib pada dada mereka dengan besi panas, dan kemudian dibunuh dihadapan orang banyak untuk menunjukkan kesesatan aliran tersebut. Hal ini digambarkan dalam novel laris Angel & Demon, tulisan Dan Brown.

Illuminati membalas dengan beberapa pemberontakan kecil, namun kalah oleh gabungan kekuatan gereja dan kerajaan. Akhirnya mereka berkonspirasi untuk menjatuhkan gereja Katolik Roma, musuh Lucifer, dengan jalan berkonspirasi secara rahasia. Diyakini bahwa banyak tokoh-tokoh besar dunia merupakan anggota rahasia Illuminati yang memberikan pengaruh dan arah terhadap berbagai peristiwa besar di dunia. Tokoh-tokoh besar tersebut di antaranya, George Washington, Issac Newton, , George Bush hingga ke Madonna.

Illuminati pun dipercaya memasuki dunia ilmu pengetahuan dan media massa, untuk menyebarkan propaganda bahwa manusia berkuasa atas dirinya sendiri, dan tidak ada campur tangan Tuhan pada hidup manusia. Jika kita memikirkan secara mendalam, bagaimana produk-produk media Barat, terutama film-film Hollywood, yang menisbikan peran Yesus, mengolok-olok Tuhan, adegan-adegan ‘memanusiakan’ Tuhan dalam plot-plot yang konyol, rasanya konspirasi ini bukanlah isapan jempol semata...



[1] Pada tanggal 31 Oktober 1992, Paus Yohanes Paulus II di depan publik menyatakan penyesalannya atas tindakan umat Katolik yang memperlakukan Galileo secara buruk dalam pengadilan tersebut.

[2] Orang yang dicerahkan, atau bisa juga menyembah Lucifer (raja Iblis versi Kristen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar