Kamis, 03 Februari 2011

Tangan Zionis Mencemari Alkitab

Tahukah kita bahwa kitab Perjanjian Baru yang dibaca dan diyakini sebagai ‘kabar baik dari Tuhan’ adalah hasil revisi paling akhir dari para sarjana pada tahun 1971, dengan nama Revised King James?

A. Fakta Yang Terabaikan

Injil Katolik Roma pertama kali diterbitkan di Rheims pada tahun 1582, dan kemudian direproduksi kembali di Douay pada tahun 1609. Versi Katolik ini merupakan yang tertua yang masih dapat dibeli hingga saat ini. Orang-orang Protestan mengkritik ‘kelancangan’ Injil Katolik Roma yang telah menambahkan 7 kitab yang kebenarannya diragukan, padahal telah ada larangan keras dalam injil untuk tidak menambahkan atau mengurangi pada perkataan Tuhan:

“…jika seseorang menambahkan (atau mengurangi) sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini” (Wahyu, 22:18-19).

Sementara itu versi Injil Protestan sendiri yang telah diotorisasi diterbitkan pada tahun 1611, dan kemudian direvisi kembali pada tahun 1881 (RV: Revised Version), direvisi kembali tahun 1952 (RSV: Revised Standard Version), dan direvisi kembali tahun 1971 (tetap dengan nama RSV). Versi 1971 diklaim sebagai versi terbaik dari para sarjana termahsyur.

‘...para sarjana termahsyur’. Disinilah kemudian muncul pertanyaan besar dari para pengkritik Perjanjian Baru, bahwa ada persekongkolan dari raja dan gereja untuk ‘mengedit’ perkataan Tuhan. Terlebih lagi hingga saat ini tidak dapat dipastikan siapakah penulis Injil sebenarnya, sebab jika dikatakan bahwa Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes adalah penulisnya, mengapa di dalam Injil ‘karangan’ mereka selalu disebutkan ‘injil menurut….’?

Apalagi jika Injil dikatakan sebagai perkataan Tuhan, karena firman dari Tuhan dalam Injil dituliskan dalam kata ganti orang ketiga, yang menegaskan bahwa ada orang lain yang menceritakan perkataan Tuhan tersebut. Dan pertanyaan lain adalah, jika Yesus sendiri yang menuliskan atau mengabarkan Injil, mengapa tidak ditulis sebagai: ‘injil menurut Yesus’?

B. Kesalahan-Kesalahan yang Menguatkan

Para pengkritik Injil justru datang dari para sarjana yang berlatar belakang Kristen. Rasa haus mereka untuk menggali kebenaran Kristus menggerakkan mereka untuk mencoba membuktikan apakah ‘kabar baik’ yang mereka baca saat ini adalah kebenaran sejarah atau hanya sekedar dongeng yang ditulis oleh sekelompok orang dengan kepentingan-kepentingan tersembunyi untuk menyesatkan manusia.

Menurut pengkritik Injil, akibat campur tangan dan subjektivitas serta tekanan-tekanan yang dirasakan dari penguasa, maka tulisan tangan manusia terhadap Injil mengakibatkan telah terjadi sedikitnya 50.000 kesalahan dan pertentangan isi di dalam Injil[1], yang memuat 5 Injil, termasuk Kisah-Kisah Rasul, dan 22 surat kiriman Paulus (14 surat merupakan tulisan Paulus sendiri).

Menurut Matius I:1-16 silsilah Yesus sampai ke Abraham ada 42, generasi, sedangkan menurut Lukas 3:23-34, ada 55. Tentu hanya satu yang benar (atau dua-duanya salah). Mengapa Matius tidak mengabarkan tentang kenaikan Yesus? Menurut Matius 5:17 dan Galatia 3:13, Yesus tidak datang untuk membatalkan Taurat Musa, tetapi mengapa di Rum 4:15 dikatakan ‘Taurat Musa itu mendatangkan murka, siapa yang melakukan hukumnya, tidak dibenarkan’. Banyak lagi pertentangan ayat yang satu dengan ayat yang lain di dalam Perjanjian Baru, yang kemudian menjadi alasan pengkritik Injil mengatakan bahwa ‘ada semacam kesepakatan rahasia untuk menyesatkan umat manusia’.

C. Iman Yang Menyelamatkan

“Akhirnya hendaklah kamu kuat dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat melawan tipu daya iblis” (Efesus 6:10-11).

Orang Kristen harus meyakini bahwa iblis menginspirasi manusia untuk meragukan firman Tuhan di dalam Alkitab. Keraguan dan penyelidikan kebenaran dan keaslian Injil dianggap sebagai perbuatan yang terinspirasi bisikan iblis. Firman Tuhan dalam Alkitab merupakan ‘pedang roh’ bagi umat Kristiani. Nas : Ef 6:17 menuliskan: "Pedang Roh" adalah senjata orang percaya untuk menyerang dalam peperangan melawan kuasa kejahatan. Iblis akan berusaha sedapat-dapatnya untuk merobohkan atau menghancurkan keyakinan orang Kristen akan pedang itu, yaitu "firman Allah". Gereja harus mempertahankan Alkitab yang terilhamkan terhadap aneka pernyataan bahwa Alkitab bukan Firman Allah dalam segala hal yang diajarkannya. Meninggalkan sikap Kristus dan para rasul terhadap Firman Allah yang diilhamkan berarti menghancurkan kuasanya untuk menegur atau membetulkan, untuk menebus, menyembuhkan, mengusir setan, dan mengatasi segala kejahatan. Menyangkal bahwa kebenaran Alkitab dapat diandalkan dalam segala yang diajarkannya berarti menyerahkan diri kepada Iblis.

Intinya adalah, Injil harus diyakini dengan keimanan total, dan tidak boleh ada ruang bagi pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap kesahihan isi di dalamnya. Sehingga hal ini menjadi jawaban dan pembenaran atas tertutupnya kemungkinan bagi para kristikus untuk menggugat kebenaran firman Tuhan di dalam Injil. Iman menjadi perisai Kristen untuk menjawab keraguan di dalam Injil. Pertentangan-pertentangan isi didalamnya, dianggap sebagai ‘hanya perbedaan cara para Rasul melihat sebuah peristiwa’.



[1] Artikel dalam ‘Awake’, vol.XXXVII, Brooklyn, 8 September 1957

Tidak ada komentar:

Posting Komentar