Kamis, 03 Februari 2011

Valentine's Day: Perayaan para Berhala

A. Perspektif Umum

Tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya, kuntum mawar, manisnya coklat dan lucunya boneka mewarnai hampir setiap sudut pusat keramaian. Restoran, hotel, mall, cafĂ©, semua berbenah dan menutupi tubuhnya dengan warna merah, memamerkan romantisme bulan Pebruari. Hari itu dinamakan sebagai Valentine’s day, hari perayaan cinta seluruh dunia. Pasangan, pacar, sahabat, orang tua, anak, semua berlomba untuk menunjukkan betapa sayangnya mereka kepada orang-orang terkasih. Dan yang paling ekstrim adalah, penyerahan sepenuh jiwa dan raga kepada pasangan jiwa di hari valentine, atas nama cinta…Tapi tahukah kita, bagaimana sejarah valentine bermula?

B. Sejarah Gelap Valentine

Ilustrasi perayaan Lupercalia, dimana kaum lelaki mengikuti Dewa Lupercus, berpakaian kulit domba, dan membawa cambuk kulit binatang untuk melecuti perempuan yang ditemuinya sepanjang perjalanan dari Juno-Lupa’s Cave ke kota Roma. Cambukan itu dipercaya akan memberikan kesuburan bagi para wanita. (Sumber: www.mythicjourneys.org)

Bermula dari ritual paganisme (penyembahan berhala) hingga kepada pengadopsian yang dilakukan oleh gereja Katolik, sampai dengan proses asimilasinya dengan keyakinan dan adat istiadat masyarakat secara luas. Rangkaian panjang itulah yang membentuk Valentine yang kita kenal sekarang. Pemujaan dan perdebatan saling mengisi di dalam proses tersebut.

Alkisah, pada masa pra Kristen, setiap tanggal 13 dan 14 Pebruari dipersembahkan kepada Dewi Cinta Romawi kuno, Juno Februata. Puncak perayaan bulan cinta dan kesuburan adalah pada tanggal 15 Pebruari, yaitu Feast of Lupercalia, yaitu festival penghormatan kepada Dewa Lupercus, sang dewa yang berpakaian kulit kambing, yang hanya menutupi setengah luas tubuhnya. Pada perayaan ini para pendeta akan mempersembahkan korban kambing untuk sang dewa. Kemudian mereka meminum anggur sambil berlari-lari di sepanjang jalan di kota Roma, yang dimulai dari Juno-Lupas Cave mengelilingi Bukit Palatine. Mereka membawa potongan-potongan kulit domba atau kambing untuk disentuhkan kepada para wanita yang berebutan untuk bisa terkena kulit domba tersebut, agar mereka mendapatkan tuah cinta dan kesuburan dari Dewa Lupercus dan Juno Februata. Pada perayaan ini dilakukan undian seks, yaitu dengan memasukkan gulungan kertas yang berisi nama-nama wanita Roma ke dalam sebuah kotak, untuk kemudian diundi. Nama wanita yang keluar lalu dijadikan pasangan kencan satu malam oleh para lelaki Roma.

Yang paling mengerikan adalah ritual yang kemudian dilakukan oleh pasangan-pasangan itu, adalah para lelakinya melecuti para perempuan dengan kulit binatang! Dan ini bukan merupakan siksaan, sebab keduanya memang saling menginginkannya. Ritual ini mereka yakini akan meningkatkan kesuburan dan kecantikan si wanita itu sendiri. Dan lecutan perih itu tidak hanya dilakukan sekali saja, namun terus berlangsung selama upacara berjalan. Dan para wanita saling menjerit di antara kesakitan dan gairahnya untuk terus menerus disambar oleh cambuk kulit binatang itu, sebab semakin banyak lecutan yang mereka terima, maka semakin subur dan semakin cantiklah mereka nantinya.

Asimilasi perayaan berhala ini terjadi beberapa abad kemudian. Pada abad ketiga, Kaisar Claudius II memerintahkan kepada para pemuda dan tentaranya untuk tidak menikah, karena dianggap akan melemahkan mental prajurit yang pada masa itu sedang berperang dengan para musuh negara. Akibat dari pelarangan ini, maka banyak pemuda diam-diam pergi menemui Santo Valentinus, untuk mendapatkan sakramen pernikahan. Namun sayangnya prosesi itu akhirnya diketahui sang raja lalim. Ia murka, dan menangkap St. Valentine dan mengirimnya ke penjara. Beberapa orang yang iba melihat sang santo, melemparkan surat dan bunga ke balik jendela sel, sebagai tanda simpati. Dan akhirnya pada tanggal 14 Pebruari 269 M, sang Santo pun dieksekusi mati.

Sebagai agama baru, Kristen ketika itu berusaha mengambil hati masyarakat Roma, dengan mengadopsi perayaan Lupercalia, sebagai hari penghormatan terhadap St. Valentinus. Sebagai pengganti lecutan pada tubuh wanita, gereja menggantinya dengan pengiriman surat dan pernyataan cinta dari laki-laki kepada wanita. Dan sejak itu perayaan Lupercalia kepada berhala, berubah menjadi perayaan Valentine oleh gereja. Perubahan drastis dilakukan penguasa gereja pada tahun 1969, dimana sejak tahun tersebut, perayaan valentine dihilangkan dari acara gerejawi, karena dianggap sebagai penguatan terhadap ajaran berhala, dan terlebih terdapat ketidakjelasan mengenai siapa sosok santo Valentine sesungguhnya, karena pada masa itu terdapat empat martir yang bernama sama, dan terdapat beberapa makam yang sama-sama diklaim sebagai makam St.Valentine.

C. Pembelaan Kaum Sekuler

Modernisasi yang diusung para konspirator sekuler dan liberalis justru tidak mengambil jalan yang sama dengan gereja. Mereka justru menjadikan valentine sebagai perayaan tahunan berkedok kasih sayang. Terjadi pembenaran-pembenaran yang sesat, bahwa yang dirayakan adalah perasaan kasih sesama, dan bukan kepada sejarah berhalanya. Dan alhasil, hari valentine yang kita ketahui saat ini berubah menjadi perayaan hura-hura, momentum melepas keperawanan dan melakukan seks bebas dengan pasangan, sama seperti sejarah gelap Lupercalia itu sendiri. Valentine menjadi sebuah tanggal dimana kamar-kamar hotel penuh, dan penjualan kondom meningkat tajam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar