Kamis, 03 Februari 2011

Perendahan Ayat-Ayat Musa

A. Perspektif Agama
Selepas membawa bani Israil (Yahudi) keluar dari Mesir, dimana ketika itu Firaun dan tentaranya ditenggelamkan oleh Allah di Laut Merah, Musa dijanjikan sebuah kitab suci oleh Allah. Setelah 40 hari berada di Bukit Tursina, Allah menepati janji-Nya, dengan menurunkan 10 firman-Nya yang tertulis di atas luh , yang kemudian terkenal sebagai the Ten Commandement atau 10 Perintah Tuhan.
“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada kepingan-kepingan batu Luh bermacam-macam petunjuk dan pelajaran, untuk segala macam pokok-pokok syari’at, lalu Kami berfirman kepadanya,’Peganglah semuanya dengan teguh, dan suruhlah kaummu untuk melaksanakannya, karena ia adalah pokok syari’at yang sebaik-baiknya…” (QS.Al-A’raf:145).
Isi pokok dalam Taurat (10 Perintah Tuhan):
1. Akulah Tuhanmu, Allahmu. Jangan ada padamu Tuhan selain Aku.
2. Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai apapun.
3. Jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan.
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat
5. Hormatilah ayah ibumu.
6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri.
9. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.
10. Jangan mengingini (mengambil) milik sesamamu (yang bukan hak).
Terdapat benang merah yang sama dalam prosesi turunnya Taurat kepada Musa a.s, di antara tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam. Demikian pula dalam hal isi dari Taurat itu sendiri. Dalam tradisi Kristen, isi Taurat dikenal dengan istilah Perjanjian Lama, yang kemudian menjadi bagian dari Perjanjian Baru, yang sama-sama diyakini oleh pemeluknya. Namun secara tradisi, Taurat merupakan kitab suci milik umat Yahudi, yang dinamakan sebagai Torah. Torah atau Perjanjian Lama terdiri dari lima kitab Musa, yang disebut sebagai Peutantech.
B. Konspirasi Rabbi Yahudi Merendahkan Taurat
Orang Yahudi percaya bahwa Taurat merupakan hukum tertulis yang langsung diberikan Tuhan kepada Musa. Meskipun tidak pernah disinggung dalam Injil dan Al-Quran, umat Yahudi kemudian mempercayai bahwa Musa juga menerima wahyu lisan (undang-undang lisan) dari Tuhan di Bukit Tursina. Wahyu-wahyu lisan inilah yang kemudian disebut sebagai Talmud.
Rabbi-rabbi Yahudi, dengan inspirasi setan, kemudian menulis sendiri materi-materi di dalam kitab Talmud, dan memaksa umat Yahudi untuk mempercayai bahwa Talmud merupakan wahyu lisan dari Tuhan kepada Musa untuk disampaikan kepada umat. Bahkan dalam banyak hal, Talmud memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan wahyu Tuhan dalam Torah. Ayat-ayat Musa dikerdilkan keutamaannya oleh penguasa umat Yahudi yang bersikeras untuk menjadikan Talmud sebagai kitab suci, meskipun hanya Yahudi sajalah yang mengisahkannya.
Rabbi Roski dalam Erubin Volume 216 menulis,
“Jadikan perhatianmu kepada ucapan-ucapan para Rabbi (Talmud) melebihi perhatianmu kepada Syari’at Musa (Taurat)”.
Kitab Shagijan pun menulis, “……Tak ada ampun bagi siapa saja yang meninggalkan Talmud dan hanya mempelajari Taurat, karena ajaran para Rabbi lebih utama dari ajaran Musa.”
Konspirasi para rabbi Yahudi ini menjadi hukum yang harus dipatuhi oleh setiap orang Yahudi. Tak heran jika kemudian isi dalam Talmud dibuat sesuka hati, dan justru bertentangan dengan kemuliaan sejati dalam 10 Perintah Tuhan (Taurat).
- “Jika dua orang Yahudi menipu orang non Yahudi, mereka harus membagi keuntungannya” (Choschen Ham 183, 7). Perkataan dalam Talmud ini terang-terangan menentang larangan Taurat untuk tidak mengambil yang bukan menjadi haknya.
- “Terhadap seorang non Yahudi, tidak menjadikan orang Yahudi berzina. Bisa terkena hukuman bagi orang Yahudi hanya bila berzina dengan sesama orang Yahudi, yaitu isteri seorang Yahudi, isteri non Yahudi tidak termasuk” (Talmud IV/4/52b). Ayat ini bertentangan dengan larangan Taurat untuk berzinah.
- “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak perempuan tidak ada dosanya”
- “Seorang rabbi ditanya, ‘Apakah anggur yang dicuri di Pumbeditha boleh diminum, atau anggur itu sudah dianggap najis, karena pencurinya adalah orang kafir’. Rabbi itu menjawab, ‘Tidak perlu diperdulikan, anggur itu tetap halal bagi orang Yahudi karena mayoritas pencuri yang ada di Pumbeditha adalah orang-orang Yahudi’” (Abodah Zarah, 70 a, dan Kitab Gemara Rosh Hashanah 25b). Dengan berani ayat Talmud ini mengebiri perintah larangan bagi orang-orang Yahudi untuk mencuri.
- “Seorang Yahudi diperbolehkan memperkosa, menipu, dan bersumpah palsu, asal jangan dirinya diketahui sehingga bangsa Israil tidak akan menderita” (Sculchan Aruch , Jore Dia., 225L). Ayat ini secara frontal mengajak umatnya untuk melanggar 3 larangan Taurat untuk tidak berzinah, mengambil hak orang lain, dan bersaksi palsu.
Kegelapan dalam ajaran-ajaran hitam Talmud inilah yang menjadi isnpirasi bagi bangsa Zionis Yahudi untuk melakukan penindasan terhadap umat-umat non Yahudi, karena tidak ada golongan manusia selain bangsa Yahudi. Kitab Talmud, dianggap sebagai produk persekutuan manusia dan iblis yang paling hitam sepanjang sejarah manusia. Dan konspirasi hitam pada rabbi sesat ini masih berlangsung hingga hari ini…
“Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang” (Kerithuth 6b, hal. 78 dan Jebhammoth, 61a).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar